Dampak Revolusi Hijau Terhadap Pertanian Sawah di Indonesia

Petani adalah yang bertugas tentang kecukupan sandang dan pangan semua masyarakat, mulai dari yang sangat rendah sampai yang paling atas, dari yang kecil sampai yang besar, dari wanita dan pria. Semua yang membutuhkan makan semua tergantung dari petani. Bagaimanakah petani yang mengolah lahan?
Ada berapa bagian dari petani antara lain, petani pangan, petani kebun, petani sayur, petani ternak, petani ikan dan masih banyak contoh yang lain dan tidak semua petani mempunyai lahan jadi petani buruh. SESUAP NASI TELAH MEMERAS KERINGKAN KAUM TANI. Dalam pengolahan lahan petani terdapat beberapa permasalahan disebabkan karena kebijakan program REVOLUSI HIJAU yang alasannya karena dituntut tentang kecukupan pangan pada waktu itu. Karena pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Kekhawatiran kekurangan pangan. Sehingga pemerintah melaksanakan program percepatan. Dengan sistem penggunaan pupuk kimia yang untuk meningkatkan produktivitas. Pemberantasan hama menggunakan racun sintetis. Benih unggul dengan proses rekayasa genetika.

Tetapi ironisnya, kalau alasannya peningkatan produksi, demi kecukupan, tetapi kenapa lahan-lahan produktif bahkan dialih fungsi menjadi kawasan industri, perumnas, perumahan elite, jalan tol dll. Padahal pupuk kimia sintetis, yang penggunaannya berlebihan bisa berakibat fatal. Yang menyisakan residu yang tidak bisa diurai, yang berdampak pada lahan tidak bisa menyimpan air, jadi tanah menjadi tandus dan kritis. Sehingga penggunaan pupuk kimia semakin menambah dosisnya. Sedangkan hasil produksinya semakin menurun. Karena tanah semakin miskin unsur hara. Sedangkan petani sendiri kadung tergantung pada pupuk kimia sintetis, alias produk pabrikan. Karena tidak aneh bahwa awalnya penggunaan pupuk kimia sintetis produksinya meningkat tajam. Sehingga Indonesia tahun 1980an menjadi negara yang swasembada pangan.
Revolusi Hijau Membunuh Petani Indonesia
Revolusi
Yaa... benar saja, tanah yang subur tambah dipacu dengan kimia sintetis, jelas produksinya meningkat tajam. Hanya sayangnya petani tidak sadar bahwa akibat dari residu kimia berdampak tanah menjadi tandus. Jadi petani tidak mau mengimbangi penggunaan pupuk organik. Yang alasannya pupuk kimia saja sudah cukup, dan hasil produksinya menggiurkan, apa susah-susah menggunakan pupuk organik. Karena pupuk organik, banyak tenaga dan sangat membebani.

Petani kurang menyadari bahwa sebenarnya pupuk organik sangat dibutuhkan oleh lahan atau tanah. Karena unsur hara yang dibutuhkan untuk kesuburan tanah adalah terkandung di dalam pupuk organik, sekaligus satu-satunya yang bisa menyimpan air. Bisa dibuktikan bahwa sebelum tanah kita teresidu kimia sintetis, tanaman padi dan polowijo di sawah tidak digenangi selama 15 hari masih bertahan hidup. Tetapi setelah tanah teresidu kimia tidak digenangi air selama 3 hari saja sudah kelihatannya layu.

Lahan pertanian kita sekarang menderita beberapa macam penyakit. Bahkan lebih yang diderita oleh masyarakat. Kalau masyarakat banyak macam penyakit karena mengkonsumsi hasil produksi yang lahannya teresidu. Tetapi kalau lahan, sasaran pupuk dan racunnya langsung pada sasaran. Jadi tidak aneh. Kalau pertanian kita sangat banyak kendala yang kita hadapi. Kendala mulai dari sulitnya penggarapan, yang tanah semakin lengket, kebutuhan air semakin banyak karena tanah tidak bisa menyimpan air. Banyaknya macam hama dan penyakit, yang disebabkan karena lahan yang berpenyakitan. Lalu bagaimana sikap kita sebagai petani. Tetap bertahan sebagai petani sistem konvensional, sangat tergantung pada pabrikan atau mencari alternatif yang lain, yang jelas kita petani dibenturkan kepada beberapa permasalahan yang sangat kompleks. Jadi seperti HIDUP BONSAI.

Dua sistem yang terdapat di kalangan petani

  1. Sistem pertanian konvensional
  2. Sistem pertanian organik yang ramah lingkungan
Masing-masing mempunyai aspek yang berbeda, sehingga terdapat suatu bentuk PRO dan KONTRA.
  • Sistem konvensional karena dituntut tentang kecukupan pangan. Karena pertumbuhan penduduk yang sulit dibendung.
  • Sistem konvensional yaitu suatu sistem yang mengikuti perkembangan teknologi modern yang petani tidak mampu untuk melaksanakan, karena sistem ini baru dimiliki oleh kaum intelektualitas dan pemilik modal “gede”.
Jadi sistem ini yang secara tidak langsung untuk mengerdilkan kaum tani, untuk MEMBONSAI KAUM TANI, untuk memarjinalkan kaum tani. Karena petani sangat tergantung segala-galanya. Mulai kebutuhan saprodi, sampai ke permodalan. Yang jelas petani hanya bisa pasrah kepada suatu kenyataan. Oleh sebab itu, petani menjadi lahan yang sangat “empuk” dan “eyup”. Termasuk pemasaran petani tak berdaya. BANYU MILI NGGOWO REJEKI. WONG TANI KUDU DIGEMATENI. MARGO NANDUR BERAS PARI.

Sistem pertanian organik, ramah lingkungan.

  • Sistem organik ramah lingkungan, mempunyai aspek tentang kelestarian alam, yang sehat, dan berjangka panjang. Karena hidup tidak hanya hari ini, dan hidup tidak sendiri.
  • Sistem organik sutau sistem yang sangat erat dengan kekeluargaan kebersamaan, kegotong royongan, rasa asah asih terhadap sesama hidup
Suatu pertanyaan.
  1. Apakah sistem konvensional tidak ramah lingkungan
  2. Apakah sistem konvensional tidak sehat
  3. Apakah sistem konvensional tidak gotong royong
  4. Apakah sistem konvensional tidak erat dengan kehidupan makhluk hidup lainnya
Jawabannya sangat tidak

Karena sistem penggunaan kimia sintetis, mulai dari pupuk, dan obat racun, tidak mau memperhitungkan kerusakan ekosistem. Bahwa sistem konvensional, hanya dilihat keuntungan peningkatan produksi, dan keuntungan pabrikan semata. Tidak diperhitungkan kerusakan ekosistem termasuk, rusaknya lahan, matinya keseimbangan musuh predator, mulai dari hama dan penyakit. Punahnya burung, ikan, jamur hayati. Seperti trichoderma, metarizium, beauveria dan lain-lain. Yang jelas, kesemuanya itu merupakan membebani petani. Tetapi permasalahan ini kurang disadari oleh pemegang kebijakan. Karena petani sudah tergantung kepada kimia sintetis, jadi hidupnya petani seperti bonsai. Sangat tergantung oleh yang memiliki. Jelas sistem organik ramah lingkungan sangat sulit dan rumit.

Namun apa yang terjadi kami tetap komitmen pada pendirian. Sistem organik ya... tetap organik. Lalu apa yang harus dilakukan, untuk menarik benang merahnya tentang pertanian yang ramah lingkungan, Dan apa latar belakangnya. Karena manusia diciptakan oleh Tuhan mendapat mandat untuk menyelamatkan ciptaannya, dan melestarikan ciptaannya, maka ini tanggung jawab kita sebagai umat yang patuh pada perintahnya. Kita harus menyelamatkan lingkungan yang sudah dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang hanya mencari keuntungan sesaat, yang akhirnya menghalalkan segala cara. Inilah latar belakang dari sistem pertanian organik.

Adapun tujuannya, semua masyarakat yang mengkonsumsi pangan dari hasil karya petani, bisa mengkonsumsi makanan yang sehat dan ramah dikonsumsi. Tidak teresidu, yang berakibat banyak macam penyakit.

Langkah tindak lanjut apa yang harus dilaksanakan pertanian organik. Pertanian organik melalui beberapa tahap.
  1. Karena kondisi tanah yang sudah parah dan berpenyakitan, suatu bukti bahwa merebaknya banyak macam penyakit dan hama yang menyerang tanaman, maka langkah pertama kita memperbaiki kondisi tanah yang sudah rusak dan berpenyakitan. Kita menggunakan asupan pupuk dari alam (organik). Untuk awal pertama masih bisa didukung dengan pupuk kimia, tetapi harus ditekan sampai jumlah yang sangat minim, sampai kondisi tanah betul-betul kembali subur Karena sebelum masuknya pupuk kimia, tanah kita ditanami tanpa pupuk sudah subur.
  2. Pengendalian hama kita menggunakan pestisida nabati karena pestisida nabati bisa dicari di lingkungan kita sudah tersedia. Jadi kita tidak direpotkan meskipun tidak punya uang.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dampak Revolusi Hijau Terhadap Pertanian Sawah di Indonesia"

Post a Comment